“Ummi kenapa dibuka jilbabnya?”
“Iya kan mau wudhu sayang.”
“Kenapa disini bukanya?”
“Kalau diluar kelihatan auratnya.”
“Oo….”
“Ummi, kenapa jilbabnya digantungin?”
“Kan biar gak kena basah pas ummi wudhu.”
“Aisyah juga mau wudhu ah, ini tolong gantungin jilbab Aisyah.”
“Ummi, kenapa gini… (sambil meragain berkedip kedip matanya)?”
“Ya gapapa ummi pengen aja.. Hhehe”
“Ooh haha. (Sambil senyum senyum).
(Pertanyaan si sholehah saat di wc Masjid Agung Kota Cimahi)
MaasyaAllah..
Memasuki usia yang ke 3,5 tahun, ia sedang berada di fase ingin banyak tahu. Sangat sering pertanyaan “kenapa” dilontarkan ke kita. Pertanyaannya beranak pinak. Benar gak? Ada yang sama?
Hati-hati yaa! kalau salah jawabannya bisa fatal. Kadang saya pribadi suka bingung mau jawab apa. Tapi anak itu ternyata lebih suka dijabarkan sebab akibatnya.
Dari situ malah bisa jadi kesempatan kita untuk mengenalkan tauhiid ke mereka. Kasih tahu tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai seorang muslim/ah.
Karena tidak sedikit para orang tua yang menganggap remeh pertanyaan anak-anak.
Walaupun masih terlalu kecil, lama kelamaan mereka justru akan lebih paham. Jangan sampai salah di awal!
Solusinya, kita bisa jelaskan dengan bahasa yang sederhana, yang mudah dipahami anak seusia mereka, atau bisa kasih perumpamaan.
Jadi, jangan sampai mereka mencari jawaban dari luar karena tidak puas dengan jawaban kita!
Kalau sudah bertanya keluar, dan kita tidak tahu apakah orangnya bisa dipercaya atau tidak, maka akan sulit dipertanggungjawabkan jika jawabannya malah menyesatkan.
Dari sini penting sekali ya, kita sebagai orang tua harus berilmu. Dengan ilmu kita bisa menjelaskan dengan baik ke mereka. Terutama ilmu agama. Lantaran kalau melihat zaman sekarang udah na’udzubillah.. Sangat luar biasa fitnahnya.
Kalau salah dalam mendidik, orang tuanya yang bakal rugi. Enggak cuman di akhirat tapi di dunia juga bakal kerasa dampaknya.
“Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”.
Jadi, ketika si anak banyak bertanya, usahakan beri jawaban yang jelas dan jujur. Jangan bohong dan jangan mengada-ada! Ini penting banget.
Kalau gak tahu jawabannya, bisa ditunda dulu, lalu cari rujukan dibuku atau orang yang berilmu. Setelah dapat bisa di sampaikan lagi ke mereka. InsyaAllah akan lebih aman dan dipertanggungjawabkan.
Terkadang, pertanyaan anak kecil itu sangat polos. Tak pernah terpikirkan oleh kita. Dari situlah fitrahnya anak, jiwa mereka masih sangat bersih. Mau jadi apa mereka (terlepas dari takdirnya Allah) tergantung apa yang kita tanam dari sekarang.
Mau anak sopan santun, ya harus kasih contoh. Mau anak lemah lembut juga harus kasih contoh.
Orang tua itu suri tauladan yang nyata dalam kehidupan mereka, 24 jam pasti lebih banyak waktu sama orang tuanya kan?
Jangan bergantung pada guru-gurunya juga di sekolah! Karena yang pertama kali akan ditanya di akhirat kelak bukan guru-gurunya, tapi orang tuanya.
Enggak sedikit orang tua yang ditakdirkan punya anak yang keponya tinggi tapi ngasih jawabannya “sangat disayangkan banget”.
Pernah nih, Aisyah tanya pas saya bacakan cerita tentang Nabi Ibrahim,
“Ummi, kenapa orangnya dibakar?
(Pas dia lihat gambar cerita Nabi Ibrahim sedang dihukum).
“Iya kan Nabi Ibrahim nya dihukum sama pemimpin yang jahat. Tapi Allah selamatkan dengan menjadikan api itu dingin yang menyelamatkan. Lihat!
Bajunya, badannya, rambutnya, gak kebakar sedikit pun, kecuali tali yang mengikat tangannya yang kebakar ya. Tandanya apa, Allah itu sayang sama Nabi Ibrahim. Allah pasti selalu bersama orang-orang yang sholeh. Aisyah mau jadi anak sholehah?”
“… (Mengangguk).”
Nahh… Penting juga ternyata orang tua pintar merangkai kata yang pas untuk kasih jawaban ke anak.
Dulu juga awalnya saya gak terbiasa, tapi lama kelamaan karena sering membacakan buku nyaring (read aloud) ke anak-anak. Alhamdulillah Allah mudahkan lidah saya untuk terbiasa menjelaskan sesuatu yang ditanyakan mereka.
Jadi, selagi anak berada di fase yang sangat baik untuk menanamkan ilmu tauhiid. Bergeraklah untuk terus memantaskan diri menjadi pendidik yang Qurani.
Jangan pernah jauh dari Alquran! Terus minta dibimbing Allah agar dimudahkan jalannya untuk mendidik mereka.
Semoga tulisan ini bermanfaat ya bun. Salah dan kurangnya saya mohon maaf. Kelebihannya datangnya dari Allah subhaanahuu wata’alaa.
Terakhir, semoga Allah jaga anak-anak kita dari fitnah akhir zaman. Allah jadikan anak-anak kita sholeh-sholehah dan istiqomah di jalanNya. Aamiin yaa mujiib.